Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi di negeri ini. Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir diperlukan upaya dan inovasi baru, tidak bisa dengan cara-cara biasa.
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
penyebab langsung kematian ibu hampir 90 persen terjadi pada saat persalinan
dan segera setelah persalinan. Sementara itu, risiko kematian ibu juga makin
tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang menjadi penyebab tidak langsung
kematian ibu. Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu terlambat mengambil
keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda bahaya), terlambat
sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat dan terlambat
memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan. Sedangkan pada bayi,
dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal (28 hari pertama kehidupan).
Penyebabnya terbanyak adalah bayi berat lahir rendah dan prematuritas, asfiksia
(kegagalan bernapas spontan) dan infeksi.
“Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) dan Angka Kematian Balita
(AKB) di Jatim jauh lebih baik bila dibanding dengan AKI dan AKB Tingkat
Nasional. Artinya AKI Jatim saat ini sebesar 97,39/100 ribu kelahiran hidup dan
AKB sebesar 25,95/1000 kelahiran hidup Sementara Tingkat nasional 228/100 ribu
kelahiran hidup (AKI) dan AKBnya 32,59/1000 ribu kelahiran hidup”.
“Jumlah kematian ibu melahirkan di prov. Jatim mengalami penurunan
yang sangat signifikan, dari 642 jumlah kematian ibu melahirkan pada Tahun 2013
turun menjadi 291 kematian ibu melahirkan hingga Agustus 2014. Keberhasilan
tersebut tidak lain adalah hasil kerja keras para kader posyandu dan tenaga
kesehatan yang terus memberikan pendampingan pada ibu-ibu hamil dengan resiko
tinggi yang ada diseluruh wilayah Jatim”.
Pernyataan itu disampaikan Bude Karwo panggilan lekat Ibu Nina
Soekarwo Ketua Tim Penggerak PKK prov. Jatim saat memberikan pengarahan pada
acara Temu Kader Tahun 2014 dalam rangka Kampanye Penurunan Angka kematian Ibu
(AKI) di Atrium Mall Of City Surabaya, Rabu (15/10/2014).
Upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir harus
melalui jalan yang terjal. Terlebih kala itu dikaitkan dengan target Millenium
Development Goals (MDGs) 2015, yakni menurunkan angka kematian ibu (AKI)
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup, dan angka kematian bayi (AKB) menjadi
23 per 100.000 kelahiran hidup yang harus dicapai. Waktu yang tersisa hanya
tinggal tiga tahun ini, tidak akan cukup untuk mencapai sasaran itu tanpa
upaya-upaya yang luar biasa.
Implementasi dari 10 program pokok PKK diintegrasikan dengan
pencapaian target MDGs, utamanya untuk menurunkan AKI dan AKB. PKK adalah mitra
pemerintah yang memiliki komitmen terhadap pelaksanaan program-program
pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan, dan sekaligus menjadi pendamping
bagi masyarakat dalam mencari solusi permasalahan-permasalahan yang dihadapi.
Posisi itulah yang diperankan oleh tim penggerak PKK dalam memberdayakan dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Program Kesehatan yang termasuk dalam 10 program pokok PKK
mempunyai peranan penting dalam upaya percepatan penurunan angka kematian ibu
dan bayi. Karena ada perhatian khusus yang ditujukan pada kesehatan ibu dan
anak, pasangan usia subur, ibu hamil dan ibu menyusui. Untuk mendekatkan sistem
pelayanan kesehatan kepada golongan ini, dibentuk Pos Pelayanan Terpadu
(POSYANDU), dengan kader Posyandu yang terlatih.
Ada 5 Pelayanan Dasar di Posyandu, yaitu : Imunisasi, Gizi,
Keluarga Berencana, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan Penanggulangan Diare.
Secara teratur ibu hamil memeriksakan diri di Posyandu, dan membawa anak
balitanya untuk pemeriksaan kesehatan (penimbangan anak dan imunisasi).
Penyuluhan tentang kesehatan, gizi dan keluarga berencana diadakan di Posyandu,
bahkan diadakan pula pemberian maknan tambahan serta demonstrasi tentang
makanan bergizi.
Adapun beberapa upaya-upaya dalam percepatan penurunan angka
kematian ibu dan bayi dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui Tim
Penggerak PKK yang mendapatkan apresiasi inovasi secara langsung oleh Dirjen
Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI, dr. Anung Sugiarto, M.Kes, dengan
upaya kesehatan yang telah dilakukan oleh Ketua Tim Penggerak PKK Jatim serta
oleh jajaran kesehatan di Jawa Timur. Seperti; forum penurunan kematian ibu dan
bayi (PENAKIB), gerakan bersama amankan kehamilan (GEBRAK) dan pendampingan ibu
hamil resiko tinggi.
Sedangkan Pemerintah Kabupaten Lumajang melalui Tim Penggerak PKK
juga telah banyak melakukan upaya-upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan
bayi, diantaranya dengan Program Gerakan Sayang Ibu (GSI), Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi P4K, Posyandu Gerbangmas Siaga, Parent
Education, juga Kelas Ibu Hamil, dan Desa Siaga yang juga didukung oleh program
Pemkab. Lumajang 2013-2018 yakni 1 desa 1 ambulan.
Berbagai gerakan tersebut, ternyata masih belum mampu memberikan
hasil yang menggembirakan, sehingga kemudian dilakukan terobosan Optimalisasi
Program GSI dengan Gerakan Masyarakat Cinta Ibu Hamil (Gemas Tabumil). Gerakan
ini pada dasarnya merupakan gerakan Pendampingan 1 Kader 1 Ibu Hamil, Gerkan
Kunjungan Rumah Bumil dengan Komplikasi, serta Gerakan KIE dan Rujukan Dini
Berencana (RDB).
Menurut Dirjen Bina Gizi dan KIA Kementerian Kesehatan RI, dr.
Anung Sugiarto, M.Kes, berdasarkan data hasil survey demografi kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia masih tinggi, yaitu 359 per
100.000 kelahiran hidup. Jika dihitung berdasarkan angka tersebut, maka ada
16.155 orang ibu yang meninggal akibat kehamilan, persalinan dan nifas pada
tahun 2012.Jumlah tersebut setara dengan jumlah korban kecelakaan 40 pesawat
boing 777 yang jatuh dan seluruh penumpangnya meninggal. Di samping AKI, AKB
juga masih tinggi di Indonesia. Pada tahun 2012, angkanya 32 per 1000 kelahiran
hidup atau setara dengan 144.000 dan setara dengan penumpang 360 pesawat Boing
777.
Menurut Ketua TP PKK Prov. Jawa Timur, Ibu Nina Soekarwo,
berdasarkan data dari Dinkes Kab/ Kota Angka kematian Ibu di Jawa Timur saat
ini sudah dibawah target yang ditetapkan MDGs yakni tahun 2011 sebesar 101,4,
tahun 2012 sebesar 97,43 dan tahun 2013 sebesar 97,39 per 100.000 kelahiran
hidup. Sedang target MDGs AKI tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup,
namun secara absolute jumlah kasus kematian ibu masih tinggi tahun 2013
sebanyak 642 jiwa.
Menurut Ketua TP PKK Kabupaten Lumajang, Hj. Supadmi Sjahrazad
Masda, berdasarkan data Dinkes Kabupaten Lumajang, AKI dan AKB terus menurun
dari tahun ke tahun. Pada 2011, jumlah AKI di Lumajang mencapai 61,15 per
100.000 kelahiran hidup. Kemudian pada 2012 turun menjadi 48,56 per 100.000
kelahiran hidup. “Ini artinya program PKK Lumajang menunjukkan progress yang
membanggakan. Mari kita bersama-sama berjuang untuk meningkatkan prestasi ini”.
Sebagai upaya agar penurunan AKI dan AKB di Indonesia bisa
teratasi dengan baik maka pemerintah menghapus semua hambatan financial
masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan melalui pelaksanaan system
jaminan Kesehatan nasional (JKN) yang dijalankan oleh BPJS kesehatan yang
berlaku sejak 1 Januari 2014 ini. (an-m/ kim)
Download : Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Pencapaian Tujuan Pembangunan Millennium Development Goals (MDGs)
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar. Terima Kasih..