Mesin Tetas Manual 100 |
Usaha peternakan unggas (ayam dan itik) merupakan jenis usaha yang
cukup menjanjikan. Hal ini didasari oleh jumlah permintaan produk hewani asal
unggas baik telur maupun daging tiap tahun makin meningkat. Sebagai contoh di
Kotamadya Kendari pada tahun 2002 permintaan ayam buras berkisar 500 – 600 ekor
per minggu, sementara baru tepenuhi 300 – 400 ekor per minggu (Anonim, 2002).
Dilihat dari data permintaan tersebut prospek usaha agribisnis
unggas yang salah satunya adalah ayam buras cukup potensial. Keunggulan lain
usaha agribisnis unggas adalah tidak mutlak memerlukan biaya yang besar,
tergantung dari kemampuan peternak yang korelasinya dengan skala pemilikan.
Selain itu jenis ternak ini telah lama dikenal masyarakat sehingga teknik
budidayanya tidak terlalu rumit. Dalam upaya memacu usaha peternakan unggas
perlu adanya sentuhan teknologi tepat dan mudah diterapkan oleh peternak. Dari
sisi ketersediaan bibit, teknologi penetasan telur buatan dengan penggunaan
mesin tetas telur sangat cocok diterapkan. Keunggulan teknologi ini adalah
menghilangkan periode mengeram pada induk sehingga induk mampu menghasilkan
telur lebih banyak selama hidupnya, selain itu anak ayam dapat di produksi
dalam jumlah yang besar pada waktu yang bersamaan. Prinsip kerja dari mesin
tetas ini adalah menciptakan situasi dan kondisi yang sama pada saat telur
dierami oleh induk. Kondisi yang perlu diperhatikan adalah suhu dan kelembaban.
Suhu optimal adalah 38,8o C atau 101o F. Kondisi suhu tersebut dapat direkayasa
dengan penggunaan sumber panas listrik maupun lampu minyak dan untuk kelembaban
optimal digunakan air yang ditempatkan dalam mesin tetas. Mesin tetas dibedakan
atas dasar sumber panas yang digunakan. Pertama, mesin tetas elektrik dengan
menggunakan listrik yang dihubungkan dengan lampu pijar sebagai sumber panas.
Kedua, mesin tetas yang menggunakan sumber panas lampu minyak yang dihubungkan
dengan silinder yang terbuat dari seng plat sebagai sumber panas. Ketiga, mesin
tetas kombinasi yaitu gabungan dari sumber panas yang berbeda (listrik dan
lampu minyak), jenis mesin tetas ini sangat efektif pada daerah yang sering
mengalami pemadaman lampu, sehingga pada saat lampu padam maka digunakan lampu
minyak sebagai sumber panas. Model mesin tetas telur ini dapat diperoleh di
toko poultry shop atau membuat sendiri dengan bahan yang mudah dan tersedia di
tempat. Besarnya mesin tetas telur yang digunakan disesuaikan dengan kapasitas
telur yang akan ditetaskan seperti ; 200 butir, 400 butir dan 600 butir. II.
Bahan – Bahan yang Digunakan Pembuatan mesin tetas disesuaikan dengan kondisi
sumber panas yang tersedia. Pada tempat yang belum ada listrik bisa dibuat
mesin tetas dengan menggunakan lampu minyak sedangkan daerah yang tersedia
listrik bisa dibuat mesin tetas telur elektrik atau mesin tetas kombinasi.
Bahan-bahan
yang digunakan antara lain :
1.Kayu kaso 4 x 5 cm sebagai rangka
mesin
2.Tripleks melamin, kaca dan engsel
3.Kawat ram (tempat peletakan telur)
4.Paku dan seng plat
5.Nampan air dan thermometer
5.Alat pengatur suhu (thermoregulator)
6.Lampu pijar dan lampu minyak.
2.Tripleks melamin, kaca dan engsel
3.Kawat ram (tempat peletakan telur)
4.Paku dan seng plat
5.Nampan air dan thermometer
5.Alat pengatur suhu (thermoregulator)
6.Lampu pijar dan lampu minyak.
Cara
Pengoperasian Mesin Tetas Telur
A. Persiapan
Sebelum digunakan, mesin tetas harus dibersihkan dahulu dari mikroorganisma pengganggu dengan jalan penyemprotan bahan pembunuh kuman / desinfektan.
Pemanas dihidupkan.24 jam sebelum telur dimasukan ke dalam mesin tetas,
Telur dibersihkan dengan menggunakan lap basah hangat dan tiriskan.
Suhu mesin tetas harus konstan, diusahakan 38,8o C atau 101o F.
Nampan air diisi air secukupnya (tidak sampai penuh), penggunaan air ini untuk menjaga kelembaban mesin tetas, untuk itu selama penetasan harus diperhatikan stabilitas volume air.
Sebelum digunakan, mesin tetas harus dibersihkan dahulu dari mikroorganisma pengganggu dengan jalan penyemprotan bahan pembunuh kuman / desinfektan.
Pemanas dihidupkan.24 jam sebelum telur dimasukan ke dalam mesin tetas,
Telur dibersihkan dengan menggunakan lap basah hangat dan tiriskan.
Suhu mesin tetas harus konstan, diusahakan 38,8o C atau 101o F.
Nampan air diisi air secukupnya (tidak sampai penuh), penggunaan air ini untuk menjaga kelembaban mesin tetas, untuk itu selama penetasan harus diperhatikan stabilitas volume air.
Setelah telur bersih dan kering, telur diberi tanda pada kedua belah sisi dengan spidol atau alat tulis lain, misal ; huruf A dan B di kedua belah sisi. Pemberian tanda ini berguna untuk memudahkan dalam pemutaran telur agar lebih merata.
Telur yang sudah ditandai dimasukan secara perlahan ke dalam mesin tetas dengan posisi tanda seragam. Tutuplah mesin tetas setelah semua telur dimasukan.
B. Operasional Penetasan
Setelah 48 jam telur dalam mesin tetas, mulai dilakukan pemutaran telur setiap pagi dan sore.
Pemutaran telur dilakukan sampai hari ke 18.
Pemeriksaan telur sebaiknya dilakukan 2 kali, yaitu pada hari ke 7 dan hari ke 18.
Telur yang bertunas (tanda telur hidup) tampak terang dan tidak terdapat bintik-bintik merah
Telur yang bertunas ditandai dengan adanya titik merah di bagian petengahan, ukurannya kira-kira sebesar biji kacang hijau dan tampak bergerak. Apabila titik merah tersebut tidak bergerak pertanda embrio dalam telur mati, maka telur yang mati tersebut harus dibuang agar telur tidak membusuk dalam mesin.
Telur akan memenetas pada hari ke 20 atau 21.
Anak ayam yang keluar dari telur dibiarkan dahulu dalam mesin selama kurang lebih 24 jam, sampai bulu anak ayam kering dan kondisi anak ayam normal.
Setelah kering dan normal, anak ayam bisa dikeluarkan dari mesin tetas.
Setelah 48 jam telur dalam mesin tetas, mulai dilakukan pemutaran telur setiap pagi dan sore.
Pemutaran telur dilakukan sampai hari ke 18.
Pemeriksaan telur sebaiknya dilakukan 2 kali, yaitu pada hari ke 7 dan hari ke 18.
Telur yang bertunas (tanda telur hidup) tampak terang dan tidak terdapat bintik-bintik merah
Telur yang bertunas ditandai dengan adanya titik merah di bagian petengahan, ukurannya kira-kira sebesar biji kacang hijau dan tampak bergerak. Apabila titik merah tersebut tidak bergerak pertanda embrio dalam telur mati, maka telur yang mati tersebut harus dibuang agar telur tidak membusuk dalam mesin.
Telur akan memenetas pada hari ke 20 atau 21.
Anak ayam yang keluar dari telur dibiarkan dahulu dalam mesin selama kurang lebih 24 jam, sampai bulu anak ayam kering dan kondisi anak ayam normal.
Setelah kering dan normal, anak ayam bisa dikeluarkan dari mesin tetas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous, 2002.
Sulawesi Tenggara Dalam Angka. BPS Sulawesi Tenggara.Rasyaf. M. 1997, Beternak
Ayam Kampung . Penebar Swadaya. Jakarta.
Sumber : http://sultra.litbang.deptan.go.id
info menarik untuk pembelian produk di kab. lumajang lom ada ada pembuatan penetas sendiri ribet dan malah biayax tambah b esar
BalasHapus