Apresiasikan Cinta Tanah Air, PKK Gelar Debat Remaja - KIM SINAR HARAPAN

Breaking

Rabu, 18 Juni 2014

Apresiasikan Cinta Tanah Air, PKK Gelar Debat Remaja


Pengertian cinta tanah air adalah suatu kasih sayang dan suatu rasa cinta terhadap tempat kelahiran atau tanah airnya. Bisa dikatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia ini dilahirkan oleh generasi yang mempunyai idealisme cinta tanah air dan bangsa, kalau tidak, mungkin saat ini kita bangsa Indonesia masih dijajah oleh belandayang luas negaranya dibangding pulau Bali saja masih luasan pulau Bali.

Kita harus sangat berterimakasih kepada para tokoh yang mencetuskan pembentukan organisasi boedi oetomo pada tanggal 20 Mei 1945, para pencetus sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928, dan para tokoh yang memungkinkan terjadinya proklamasi 17 Agustus 1945. Saya sangat yakin mereka adalah contoh paling pas untuk untuk dijadikan tokoh-tokoh nasionalis tulen yang dicintainya pada tanah air dan bangsa melebihi cintanya pada dirinya sendiri yang kita harus hormati sepanjang masa.

Rasa cinta tanah air seharusnya kita terapkan di lingkungan keluarga, kampus, sekolah, tempat tinggal kita, bahkan di manapun kita berada. Misalnya : kita amalkan sikap dan tingkah laku hemat, disiplin dan bertanggung jawab dalam mewujudkan keutuhan dan kebersamaan agar tercapai kebahagiaan lahir batin, di kampus, mewujudkan rasa persatuan dan cinta tanah air dapat kita wujudkan melalui kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan-kegiatan mahasiswa yang bersifat positif, dll. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat berupa gerakan penghijauan, kebersihan, karya wisata, dll.

Dalam kesempatan kali ini, TP PKK Kabupaten Lumajang menjadi pelopor dalam kegiatan Debat Remaja yang bertajuk “Apresiasi Cinta Tanah Air dan Bela Negara” yang mana kegiatan ini berlangsung di Pendopo Kabupaten Lumajang, Selasa kemarin (17/6/2014) menampilkan tim dari SMA dan sederajat se-Kabupaten Lumajang.

Penampilan sejumlah peserta dari siswa SMA/ SMK/ MA yang terlibat tidak dinilai dari benar atau tidaknya jawaban, namun yang dinilai itu subtansi argumentasinya, logika berfikir, dan sikap. Sehingga tidak ada jawaban yang benar atau pun salah," ujar Yuli Haris selaku juri penilai

Konsep pelaksanaan debat dikemas berbeda dengan debat-debat lainnya. "Panitia memberikan pertanyaan, peserta memberikan argumentasi. Kita buat beda karena Pancasila merupakan nilai kebaikan yang ada di masyarakat, makanya penilaiannya tidak melihat benar atau salahnya jawaban," ujarnya.

Dalam menilai debat yang berlangsung merupakan implementasi pelajar di sekolah. "Kegiatan ini sebagai pelajaran nyata, karena jarang ada di sekolah kalau seperti ini," tambah Yuli. (anam/ kim-infopublik lmj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar. Terima Kasih..

Pages