Tekung, Kelompok Informasi Masyarakat - Kejadian
kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca
persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang
terus terjadi di negeri ini.
Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru
Lahir, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Tekung berkerjasama dengan lintas
sektoral/ lintas program Kecamatan Tekung melakukan pemantauan dan kunjungan
rumah kepada seorang ibu hamil yang mengalami komplikasi pre-eklampsia di Desa
Mangunsari Kecamatan Tekung, Kamis (29/3).
Kegiatan pemantauan ini dipimpin oleh Camat
Tekung, Ka. Puskesmas Tekung, Ketua TP PKK Kecamatan Tekung, Ketua TP PKK Desa
Mangunsari, Bidan Desa dan Kader Posyandu Desa Mangunsari.
Bidan Koordinator Puskesmas Tekung Aida
Kustiani saat melakukan kunjungan rumah mengatakan, bahwa pre-eklampsia adalah
penyakit karena keracunan kehamilan. Penyakit yang muncul hanya pada masa
kehamilan ini memiliki gejala diantaranya tekanan darah naik, pembengkakan pada
wajah, kaki, dan tangan serta gangguan pada saluran ginjal yang ditandai dengan
kebocoran protein di urin. Meski hingga sekarang belum dapat dipastikan faktor
utama pemicunya, diduga salah satunya adalah kelebihan berat badan atau ibu
hamil yang sebelumnya memiliki riwayat medis hipertensi.
“Satu-satunya jalan untuk mengatasi
pre-eklampsia adalah dengan mempercepat proses persalinan. Tetapi, jika
gejalanya hadir pada awal-awal masa kehamilan masih dapat diatasi dengan
memberikan obat untuk menurunkan tekanan darah yang tinggi,” ujarnya.
Aida Kustiani menambahkan, pre-eklampsia yang
tidak segera ditangani bisa mengarah pada eklampsia. Eklampsia merupakan
penyakit lanjutan dari pre-eklampsia, di mana gejala yang dialami kurang lebih
sama dengan pre-eklampsia namun ditambah dengan kejang-kejang dan tidak
sadarkan diri.
“Jika bayi tidak segera dilahirkan bisa
membuat ibu hamil berada dalam keadaan koma. Oleh sebab itu, akan berat bagi ibu hamil yang
terserang eklampsia di trimester awal, karena memaksa bayi lahir premature dan
keselamatan ibu pun akan terancam,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua TP PKK Kecamatan Tekung
Rufi Yunitasari mengatakan, penyebab langsung kematian ibu banyak terjadi pada
saat persalinan dan segera setelah persalinan. Sementara itu, risiko kematian
ibu juga makin tinggi akibat adanya faktor keterlambatan, yang menjadi penyebab
tidak langsung kematian ibu.
“Ada tiga risiko keterlambatan, yaitu
terlambat mengambil keputusan untuk dirujuk (termasuk terlambat mengenali tanda
bahaya), terlambat sampai di fasilitas kesehatan pada saat keadaan darurat dan
terlambat memperoleh pelayanan yang memadai oleh tenaga kesehatan. Sedangkan
pada bayi, dua pertiga kematian terjadi pada masa neonatal (28 hari pertama
kehidupan). Penyebabnya terbanyak adalah bayi berat lahir rendah dan
prematuritas, asfiksia (kegagalan bernapas spontan) dan infeksi,” ungkapnya.
Dalam hal ini, Rufi Yunitasari berharap agar
para kader-kader posyandu akan lebih meningkatkan perannya dalam upaya
penurunan AKI dan AKB diwilayah Kecamatan Tekung, diantaranya dengan melakukan
deteksi dini dan memantau perkembangan resiko tinggi pada ibu hamil, mendata
dan menyampaikan informasi kepada ibu hamil yang baru dan memberikan motivasi
ibu hamil agar diperiksa secara rutin serta memberika pemahaman bahwa ibu yang
sehat akan melahirkan bayi yang sehat. (KIM SH-lmj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar. Terima Kasih..