TIKUS ( MBAK CIT - CIT )
kim-sinar-harapan-tekung.blogspot.com..
Kami akan memberikan tips di bidang pertanian kepada masyarakat.. TIKUS termasuk
hama kedua terpenting pada tanaman padi di Indonesia.Ini perlu mendapat
perhatian khusus di samping hama lainnya.Karena kehilangan hasil produksi
akibat serangan hama tikus cukup tinggi. Usaha untuk mengendalikan ‘si monyong’
tikus ini sudah banyak dilakukan oleh para petani,mulai dari sanitasi,kultur
teknik,fisik,cara hayati,mekanik dan kimia.Namun diakui,bahwa cara-cara
pengendalian tersebut belum dilakukan secara terpadu,sehingga harapan untuk
menekan populasi tikus pada tingkat yang tidak merugikan ternyata sulit
dicapai. Pengendalian hama secara terpadu (PHT) ini akan terlaksana dengan baik
bila petani menghayati konsep dasarnya dan menguasai berbagai cara pengendalian
ke dalam suatu program yang sesuai dengan jenis organisme pengganggu dan ekosistem
pertanian di tempat tersebut.
Konsep pengendalian hama terpadi,sebenarnya sudah
dikenal sejak tahun 1947-an,meskipun sebelumnya penanggulangan hama dengan
jalan memadukan beberapa pengendalian sudah dilaksana kan. LANGKAH AWAL PHT
dapat didefinisikan sebagai cara pengendalian dengan memasukkan beberapa cara
pengendalian yang terpilih dan serasi serta memperhatikan segi ekonomi,ekologi
dan toksikologi sehingga popilasi hama berada pada tingkat yang secara ekonomi
tidak merugikan.Artinta,bahwa PHT bertujuan untuk menekan populasi hama sampai
pada tingkat yang tidak merugikan,pengelolaan kelestarian alam dan optimasi
produksi pertanian. Sebelum melangkah pada usaha pengendalian tikus sawah
dengan menerapkan PHT,sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu biologi dan
ekologi tikus,sehingga petani akan lebih mudah meng identifikasi untuk
selanjutnya dilakukan pengendalian.
Tikus termasuk ordo Rodentia,famili Muridae dan
sub-famili Murinae.Dari sub-famili ini ada dua genus yang mempunyai peranan
penting dalam kehidupan manusia yakni genus Mus dan Rattus. Pada umumnya,tikus
sawah (Rattus orgentiventer) tinggal di pesawahan dan sekitarnya,mempunyai
kemampuan berkembang biak sangat pesat.Jika secara teoritis,tikus mampu
berkembang biak menjadi 1.270 ekor per tahun dari satu pasang ekor tikus saja.
Walaupun keadaan ini jarang terjadi,tetapi hal ini menggambarkan, betapa
pesatnya populasi tikus dalam setahun.
Perkembangan tikus di alam banyak dipengaruhi
faktor lingkungan,terutama ketersediaannya sumber makanan,dan populasi tikus
akan meninglat berkaitan dengan puncak pada masa generatif. Kegiatan tikus
lebih aktif pada malam hari,dan kegiatan hariannya sangat teratur mulai dari
mencari makanan,minum,mencari pasangan sampai orientasi kawasan.
Untuk menghindari dari lingkungan yang tudak
menguntungkan,tikus biasanya membuat sarang pada daerah lembab,dekat dengan
sumber air dan makanan seperti di batang pohon,sela-sela batu,gili-gili
irigasi,tanggul,jalan kereta api dan bukit bukit kecil. Petani dapat membedakan
mana yang disebut tikus sawah dan mana tikus rumah.Pada umumnya,tikus salah
selain melakukan aktivitasnya di sawah,juga dapat melakukan aktivitasnya di
rumah.
Sedangkan tikus rumah (Rattus ratusdiardii) hanya
melakukan aktivitasnya hanya di rumah saja. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
hama tikus dapat dilihat pada batang padi yang terpotong dan membentuk 45oC
serta masih mempunyai sisa bagian batang yang tak terpotong.Pada fase vegetatif
tikus dapat merusak 11-176 batang per malam.Sedangkan pada saat bunting,kemampuan
merusak meningkat menjadi 24-246 batang padi per malam. Sebagai binatang
pengerat,tikus dalammemenuhi kebutuhan hidupnya mengerat batang padi dengan
perbandingan 5:1,yakni 5 batang padi dikerat hanya untuk mengasah giginya
supaya tidak tambang panjang,dan 1 batang padi di makan untuk kebutuhan
hidupnya.
PHT YANG TEPAT & EFEKTIF Jika sudah mengetahui
biologi dan ekologi tikus,maka diharapkan petani dapat mengendalikan tikus
dengan tepat dan efektif dengan melihat kondisi lingkungan di lapangan,serta
mampu menerapkan konsep PHT.Pengendalian tikus sawah harus dimulai secara diri,
yakni dimulai pada saat sawah bera (setelah panen),pada masa gevetatif dan masa
generatif.Pengendalian hama tikus pada saat sawah bera bias dilakukan dengan 5
cara sebagai berikut :
- Pertama dengan sanitasi lingkungan,melakukan pembersihan rumput rumput atau semak-semak yang biasa digunakan tikus untuk bersarang.
- Yakni cara fisik dan mekanik,dengan melakukan pembongkaran sarang tikus,kemudian dibutu dan dibunuh (gropyokan) secara missal dan memasukkan air ke dalam sarangnya,tikus yang keluar dibunuh tanpa merusak pematang.
- Yakni cara kultur teknik dengan cara melakukan penanam secara serempak meliputi areal yang laus,misalnya seluas 0-100 hektar.Cara ini dilakukan untuk menghindari tersedianya makanan bagi tikus.
- Yakni melalui cara biologi/hayati dengan memanfaatkan musuh-,usuh alaminya seperti ular sanca, ularwelang,anjing dan lainnya.
- Yaitu dengan memasang tirai persemaian pada saat padi disemai,di mana cara ini dilakukan untuk melindungi persemaian padi dari tanaman tikus.Bahan yang digunakan dari lembaran plastik atau lembaran kaleng bekas,tirai di pasang di sekitar persemaian dengan tingga sekitar 50 cm.
Pengendalian tikus pada saat padi pada masa
gevetatif dilakukan secara sanitasi lingkungan dan kimia (Rodentisida).Cara
tersebut di nilai cukup efekti,karena pada masa vegetatif tikus sudah mulai
melakukan penyerangan terhadap areal pesawahan dan merusak batang padi.Cara
rodentisida dilakukan bila populasi tikus yang tinggi. Rodentisida yang biasa
digunakan adalah racun akut dan racun anti-koagulan.
Contoh rodentisida akut yakni czincposphide
diberikan dengan cara diumpankan dengan dosis 22 gram per hektar dicampur umpan
sebanyak 2,5 kg.Sedangkan rodentisida antikoagulan yakni
racumin,tomorin,dekafit,klerat,RMB dan lainnya yang siap pakai yang
penggunaannya dengan rodentisida akut. Sementara bahan yang bisa digunakan
sebagai umpan antara lain beras,gabah,jagung,ketela pohon,ubi jalar dan
lainnya.Penempatan umpan dapat dipasang sepanjang kira-kira 25 gram per hektar
pertumpukan dengan jarak 4 meter.
Sebelum pemberian umpan beracun sebaiknya dilakukan
perumpanan pendahuluan.Hal ini bertujuan untuk membiasakan tikus makan umpan
dengan jalan memberi umpan tanpa racun selama 2-3 hari.Waktu pengumpnanan
disesuaikan dengan keadaan populasi tikus.Umpan diberikan 15 hari sebelum
tanaman,15 hari setelah tanam, dan 45 hari setelah tanam. Sesungguhnya,cara
penggunaan rodentisida di lapangan menurut konsep PHT,hendaknya dilakukan
sebagai alternative terakhir apabila cara cara pengendalian lain dinilai tidak
efektif lagi.Itupun dengan catatan,penggunaannya harus secara bijaksana dan
tepat dosis.
Pengendalian hama tikus ketika generatif,yang lebih
baik dan efektif adalah dengan pengemposan.Jika cara rodentisida tidak
berhasil.Hal ini disebabkan pada masa generatif makanan berlimpah sehingga
umpan yang beracun tidak akan dimakannya. Adapun cara pengemposan dilakukan
dengan menggunakan asap atau gas beracun yakni hasil pembakaran serbuk belerang
bersama merang atau sabut kelapa dengan perbandingan 1: 1,5 kemudian dimasukkan
ke dalam liang yang menjadi sarang tikus
Artikel
Seputar Pertanian Indonesia
Editor
: Muhammad Khoirul Anam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar. Terima Kasih..