kim-sinar-harapan-tekung.blogspot.com,
Ribuan
umat hindu dari berbagai Desa di Kabupaten Lumajang, seperti dari Desa
Argosari, Ranu Pane, Kecamatan Senduro, Rowokangkung, Sukodono, Pronojiwo dan
Tempursari, melaksanakan upacara Melasti di pesisir pantai selatan Kota Pisang,
tepatnya di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-awar, Kecamatan pasirian. Ritual
ini mengundang banyak perhatian dari berbagai komunitas, kebetulan disana saya
menjumpai beberapa komunitas photographer yang ada di Lumajang diantaranya
LUSEFO ( Lumajang Seni Foto ), AJANG ( Asli Jepretan Lumajang ), dan KFL (
Komunitas Fotografi Lumajang ).
Dalam ritual Melasti ini, sedikitnya 2.000
lebih umat Hindu memulai rangkaian prosesi dengan berkumpul di Pura Mandara
Giri Semeru Agung yang berada di Kecamatan Senduro. Pura ini berjarak sekitar
50 kilometer dari lokasi ritual Melasti di Pantai Watu Pecak. Dari Pura suci
yang terletak di lereng Gunung Semeru ini, seluruh umat Hindu berangkat
berombongan dengan menggunakan kendaraan roda empat maupun roda dua.
Sepanjang perjalanan, pelaksanaan ritual
Melasti ini berlangsung aman dengan pengamanan dari aparat kepolisian dari
jajaran Polres Lumajang, Polsek Senduro dan Polsek Pasirian. Dalam upacara
tersebut, sejumlah sesaji diarak dari pura menuju pantai untuk dilarungkan ke
laut. Sesaji itu merupakan hasil bumi mereka selama ini, berupa gunungan hasil
bumi dan hewan ternak. Di pantai, mereka menjalani sejumlah ritual seperti
Percik Tirta hingga sejumlah tarian. Umat Hindu pun membawa sejumlah alat musik
seperti kenong dan gong untuk mengiringi upacara kegamaan tersebut.
Sebelum berdoa, para umat Hindu mengalunkan
alat musik yang mereka bawa. Sejumlah sesajian juga digunakan dalam acara ini.
Tidak lama kemudian, ritual menyucikan diri atau buana alit dan buana agung
atau alam semesta dimulai. Ritual diawali tarian kidung suci sebagai ungkapan
syukur limpahan rejeki kepada sang pencipta.
Selanjutnya, wasi-wasi atau pinandita yang
memimpin ritual Melasti, memercikan air suci dan menggelar doa bersama. Ritual
ini berlangsung khidmat bertujuan mensucikan diri pribadi serta alam semesta.
Tukijan, salah-seorang umat Hindu asal Desa Dawuhan Wetan, Kecamatan Rowokangkung
kepada Sentral FM menyebutkan jika upacara Melasti ini bertujuan untuk
menyucikan alam semesta dan raga manusia dari sifat- sifat buruk atau sifat
kebinatangan yang ada.
Dimana, masih kata Tukijan, dalam ritual
Melasti yang berarti penyucian alam semesta dan jiwa raga manusia sebelum
memasuki pelaksanaan prosesi Nyepi, dimana seluruh umat Hindu wajib
berpantangan menyalakan api dan bepergian. “Prosesi Melasti ini juga merupakan salah-satu
rangkaian untuk menyambut hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1935,” kata Tukijan.
Dalam ritual penyucian diri dan alam semesta
yang dilakukan Umat Hindu Lumajang, diwujudkan dengan larung sesajen atau
melemparkan sebagian hasil bumi dan hewan ternak ke laut sebagai sebagai simbol
peleburan. “Larung sesaji sebagai bentuk bersih diri dari enam sifat buruk
manusia, yakni kama atau nafsu biologis, rakus, kemarahan, mada atau kemabukan,
kebinggungan dan sifat iri hati.
Dengan ritual melasti ini umat Hindu Lumajang
berharap telah suci, dalam menyongsong hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1935,”
demikian kata Tukijan. Sesaji itu selanjutnya menjadi rebutan warga sekitar
pantai. “Harapannya, segala bentuk sifat buruk dan kebinatangan yang ada hilang
sebelum menyambut puncak Hari Raya Nyepi,” demikian sambung Tukijan lagi.
Setelah prosesi larung sesajen ke laut, ribuan
umat Hindu pun dengan khidmat memanjatkan do’a kepada Sang Hyang Widi Wasa
(Tuhan Yang Maha Esa, red) dengan dipimpin wasa-wasi atau pinandita agar
dianugerahi masa depan yang lebih baik dari sebelumnya. Upacara Melasti juga diiringi
dengan perenungan tentang semua hal yang sudah dilakukan dengan tujuan untuk
mengoreksi diri supaya menjadi pribadi yang lebih baik.
Sementara itu, Parwiyono (46), salah- satu umat
asal Desa Karangsari, Kecamatan Sukodono yang mengikuti upacara Melasti,
berharap agar diberi penghidupan yang lebih baik. Ia juga berdoa supaya dirinya
dibebaskan dari segala sifat buruk. Pada upacara itu, ia membawa seekor ayam
sebagai simbol menghilangkan sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia.
“Saya berharap semoga masyarakat Lumajang diberi kehidupan yang lebih baik oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa dan dibebaskan dari segala bentuk keburukan,” demikian
kata Parwiyono.
Dalam kesempatan terpisah, Edi Sumianta, Sag
Ketua PHDI (Parisade Hindu Darma Indonesia) Kabupaten Lumajang menyampaikan,
dalam pelaksanaan ritual Melasti ini, pesisir Pantai Watu Pecak memang menjadi
lokasi rutin dari kegiatan Melasti oleh para warga Hindu di Kabupaten Lumajang.
“Selanjutnya, umat Hindu akan menggelar prosesi ritual lain berupa ritual Tawur
Kesanga dan bakar Ogoh-Ogoh yang seluruhnya di gelar di Pura Mandara Giri
Semeru Agung, di Desa/Kecamatan Senduro sebelum merayakan ritual nyepi sebagai puncak
kegiatannya,” papar EdiSumianta, Sag.
Penulis : Muhammad Khoirul Anam
Editor : Muhammad
Khoirul Anam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar. Terima Kasih..