Kehidupan Masyarakat Suku Tengger di Lumajang - KIM SINAR HARAPAN

Breaking

Rabu, 16 Oktober 2013

Kehidupan Masyarakat Suku Tengger di Lumajang


Masyarakat Tengger

Suku Tengger adalah suku yang bermukim di sekitar Gunung Bromo, dimana Gunung Brahma (Bromo) ini milik 4 kabupaten. Selain di Bromo, suku ini juga tersebar di Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Suku Tengger merupakan sub suku jawa. Orang- orang Tengger yang diyakini sebagai  keturunan asli Majapahit ini mayoritas menganut agama Hindu. Kata “Tengger” berasal dari Legenda Roro Anteng dan Joko Seger.
Walaupun menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari, suku ini memiliki dialek turunan bahasa Kawi dan mempertahankan kalimat-kalimat kuno yang tidak lagi digunakan dalam bahasa Jawa modern. Mata pencaharian mereka antara lain petani sayur kembang kol, bawang prei, dan kentang.

Masyarakat Tengger di Ladang Bawang Prei
Ladang Bawang 


Dalam kehidupan sehari-hari, suku Tengger hidup berselaras dengan alam. Mereka tetap menjaga kesakralan Gunung Bromo dengan tidak merusak lingkungan, bersikap baik, dan memegang teguh adat istiadat. Orang Tengger meyakini bahwa alam akan mendatangkan bencana jika kehidupan selaras ini tidak lagi berjalan. Kepercayaan inilah yang membuat masyarakat di sekitar Gunung Bromo dapat hidup rukun dengan penduduk lain yang memiliki keyakinan berbeda.
Tata Cara Memakai Sarung dalam Budaya Tengger Tipikal Rumah di Sekitar Gunung Bromo: Sederhana dan Bersahaja “Tiang Tengger” atau Orang Tengger telah mengenal sarung sejak turun temurun. Selain untuk melindungi tubuh dari udara dingin pegunungan, sarung juga memiliki tata cara pemakaian dan makna tersendiri.
Berikut ini adalah 7 cara memakai sarung ala penduduk Tengger:
1.     Kekaweng: Sarung dilipat dua kemudian disampirkan ke pundak bagian belakang dan kedua ujungnya diikat menjadi satu.Cara bersarung seperti ini digunakan untuk kegiatan sehari-hari yang membutuhkan keleluasaan bergerak seperti ke pasar dan mengambil air. Jika bertamu atau melayat tidak diperkenankan bersarung kekaweng.
2.     Sesembong: Dipakai dengan cara dilingkarkan ke pinggang kemudian diikat di antara dada dan perut agar tidak mudah lepas. Biasa digunakan ketika melakukan pekerjaan yang lebih berat seperti berladang.
3.     Sempetan (atau sempretan dalam bahasa Jawa): Sarung dikenakan seperti biasa dan dilipat di bagian pinggang. Digunakan untuk menunjukkan soan santun ketika sedang bertamu.
4.     Kekemul: Ketika sedang bersantai atau sekedar berjalan-jalan, sarung dipakai di badan. Bagian atas dilipat untuk memutupi kedua tangan dan digantungkan di bahu.
5.     Sengkletan: Ketika bepergian dan ingin terlihat rapi, sarung disampirkan di bahu secara terlepas atau bergantung menyilang pada dada.
6.     Kekodong: Jika sedang berkumpul di upacara adat atau keramaian lain di malam hari, sarung dikerudungkan sampai menutup seluruh bagian kepala dan diikat di bagian belakang kepala sehingga yang terlihat hanya mata saja.
7.     Sampiran: Anak-anak muda Tengger juga punya cara bersarung lho! Kain disampirkan di bagian atas punggung, kemudian kedua lubangnya dimasukkan pada bagian ketiak dan disangga ke depan dengan kedua tangan.

Warga Tengger bersarung yang dapat dengan mudah ditemukan di sekitar Argosari
Saking eratnya dengan kehidupan sehari-hari, ada yang bilang bahwa orang Tengger merasa belum lengkap berbusana jika belum mengenakan sarung. Uniknya, sarung ini tidaklah sama seperti yang biasa kita temui di pasaran. Harganya  berkisar antara Rp. 100.000 – Rp. 300.000. Harga yang sebanding untuk ditukar dengan sehelai sarung  berbahan tebal dan bertekstur lembut. Motif asli Tengger dominan berwarna hijau tua. Namun, ada juga sarung-sarung berwarna lebih terang karena pengaruh motif Nusa Tenggara dan Madura. Jika kamu adalah kolektor kain nusantara, mungkin sarung Tengger bisa jadi objek hunting oleh wisatawan ataupun fotografer.

Foto by : AJANG PHOTOGRAHY (Asli Jepretan Lumajang)
Penulis  : Muhammad KhoirulAnam
Editor    : Muhammad Khoirul Anam

Sumber : Wikipedia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar. Terima Kasih..

Pages